Tugas Kelompok 2
Adilah
Fauziyyah 20215143
Firma
Deni 22215712
Noviana
Putri 25215137
Disain dan Analisis Pekerjaan
1.
Elemen-elemen
Disain Pekerjaan
Desain pekerjaan adalah proses penentuan tugas-tugas
yang akan dilakasankan, metode metode yang digunakan untuk melaksanakan
tugas-tugas ini, dan bagaimana pekerjaan tersebut berkaitan dengan pekerjaan
lainnya dalam organisasi. Elemen Desain Pekerjaan itu meliputi:
1. Elemen
organisasional
Elemen organisasi pada desain pekerjaan bersangkutan
dengan efisiensi, yaitu akan mendorong karyawan yang mampu dan termotivasi
untuk mencapai keluaran yang maksimal. Bila karyawaan bekerja berulang-ulang,
sampai batas tertentu tingkat keluaran biasanya lebih tinggi. Dalam elemen organisasi
meliputi:
a) Pendekatan
mekanistik, pendekatan mekanistik adalah upaya suatu organisasi dalam mencapai
sesuatu yang diinginkan. Untuk mencapai hal tersebut membutuhkan team, ada
pemimpin atau pelatih yang bisa memimpin dengan baik, dan juga dalam melaksakannya
harus bekerja sama. Pendekatan mekanistik bisa diartikan juga sebagai cara
melakukan sesuatu dengan team.
b) Aliran kerja, aliran kerja dalam suatu
organisasi sangat dipengarui dengan sifat produk dan jasa, biasanya menentukan
urutan dan keseimbangan pekerjaan-pekerjaan.
c) Praktek-praktek kerja, adalah cara
pelaksanakan kerja yang ditetapkan. Metode-metode ini bisa terbentuk dari
tradisi, atau kesepakan oleh para karyawan, atau bisa juga bagian kontrak kerja
manajemen.
2. Elemen
lingkungan
Elemen-elemen lingkungan pokok dalam perancangan
pekerjaan adalah kemampuan dan tersedianya karyawan berpotensi. Dalam hal ini
meliputi dua hal, yaitu eksternal dan internal. Internal adalah tersedianya
karyawan-karyawan yang memiliki potensi baik dalam melaksakan bidangnya.
Sedangkan eksternal adalah pengaruh dari masyarakat. Disamping itu, para
karyawan yang yang mempunyai pendidikan semakin tinggi akan mempunyai
penghargaan yang tinggi dalam kualitas pekerjaanya.
3. Elemen
keperilakuan
Ada beberapa elemen keprilakuan yang perlu di
pertimbangkan dalam desain pekerjaan, diantaranya:
a) Otonomi,
bagaimana karyawan dapat melaksanakan tugasnya dengan baik dan bertanggung
jawab dengan apa yang dilakukan.
b) Varuasi pekerjaan, bagaimana karyawan dapat
melakukan pekerjaan yang tidak membosankan, karena kebosanan akan menimbulkan
kelehan, dan kelelahan mengakibatkan kesalahan dalam melakkan pekerjaan.
c) Identitas
tugas, suatu pekerjaan harus mempunyai identitas, agar karyawan-karyawan itu
mempunyai rasa tanggung jawab saat melakukan pekerjaannya.
d) Umpan
balik, biala pekerjaan memberikan umpan balik tentang seberapa baik pekerjaan,
maka karyawan akan mempunyai motivasi untuk melaksanakannya dengan baik.
2.
Trade-Off
Keperilakuan dan efisiensi
Trade off artinya gabungan atas 2
hal atau lebih yang digabungkan dan menjadi komposisi yang pas. Elemen-elemen
keperilakuan desain pekerjaan mengemukakan tentang pentingnya otonomi variasi,
identitas tugas dan umpan balik. Sedangkan elemen-elemen efisiensi mengutarakan
semakin tinggi tingkat spesialisasi harus mengurangi variasi, meminimumkan
otonomi dan elemen-elemen kontradiktif lainnya. Jadi, untuk merancang
pekerjaan-pekerjaan yang lebih efisien bisa menyebabkan berkurangnya kepuasan
kerja begitupun sebaliknya. “Trade Offs” antara efisiensi Versus Keperilakuan
dalam Desain Pekerjaan.
Grafik A : Produktivitas Versus
Spesialisasi.
Asumsi bahwa tambahan spesialisasi
berarti keluaran naik hanya benar sampai titik tertentu. Dalam gambar diatas,
tambahan spesialisasi setelah titik b menyebabkan produktivitas turun , karena
elemen-elemen keperilakuan seperti kebosanan menghentikan manfaat spesialisasi.
Dalam kenyataanya, pekerjaan antara b dan c dapat ditingkatkan produktivitasnya
melalui pengurangan drajat spesialisasi.
Grafik B : Kepuasan Kerja Versus Spesialisasi.
Dalam hal ini, kepuasan kerja
meningkat sejalan dengan naiknya spesialisasi dan kemudian tambahan
spesialisasi menyebabkan kepuasan kerja menurun. Pekerjaan-pekerjaan tanpa
spesialisasi akan membuat keryawan membutuhkan waktu lama untuk mempelajarinya.
Bila spesialisasi mencapai titik b dalam gambar diatas, kepuasan kerja mulai
menurun karena kurangnya otonomi, variasi dan identitas tugas. Produktivitas
terus naik hanya bila kebaikan spesialisasi lebih besar daripada kelemahan
akibat ketidakpuasan.
Grafik C : Proses Belajar Versus
Spesialisasi.
Bila suatu pekerjaan terlalu
terspesialisai, maka akan lebih mudah dipelajari dibanding pekerjaan yang tidak
terspesialisasi. Secara grafik, ini berarti bahwa tingkat belajar pada
pekerjaan yang terspesialisasi lebih cepat mencapai standar yang ditetapkan
(ditunjukkan garis putus-putus). Dalam jangka pendek , pekerjaan-pekerjaan yang
tidak terspesialisasi memerlukan waktu lama untuk dipelajari.
Grafik D : Perputaran Karyawan
Versus Spesialisasi.
Meskipun pekerjaan-pekerjaan yang
terspesialisasi lebih cepat dipelajari namun pada umumnya menyebabkan kepuasan
kerja lebih rendah. Kepuasaan kerja yang
rendah selanjutnya dapat menyebabkan tingkat perputaran karyawan yang
lebih tinggi. Bila tingkat perputaran kerja tinggi, perancangan kembali
pekerjaan perlu dilakukan dengan lebih memperhatikan elemen-elemen keperilakuan
yang bisa mengurangi tingkat permintaan berhenti bekerja.
3.
Pengertian
Analisis Pekerjaan
Handoko (2000:41) mengemukakan
bahwa analisis pekerjaan adalah proses sistematik untuk mengumpulkan,
mengevaluasi, dan mengorganisasi informasi tentang pekerjaan. Mondy (2008:95)
juga mengemukakan analisis pekerjaan merupakan suatu proses sistematis untuk
menentukan keterampilan-keterampilan, tugas-tugas, dan pengetahuan yang
dibutuhkan untuk menjalankan pekerjaan-pekerjaan dalam suatu organisasi atau
perusahaan.
Sastrohadiwiryo (2002:128)
menyatakan bahwa analisis pekerjaan adalah suatu aktivitas untuk mengkaji,
mempelajari, mengumpulkan, mencatat, dan menganalisis ruang lingkup suatu
pekerjaan secara sistematis dan sistemik.
Sedangkan menurut Hasibuan
(2000:28), analisis pekerjaan adalah menganalisis dan mendesain pekerjaan apa
saja yang harus dikerjakan, bagaimana mengerjakannya, dan mengapa pekerjaan itu
harus dikerjakan. Analisis pekerjaan merupakan informasi tertulis mengenai
pekerjaan apa saja yang harus dikerjakan dalam suatu perusahaan agar tujuan
tercapai.
4.
Arti
Penting Analisis Jabatan
Definisi job analysis: Analisis
jabatan adalah proses mendapatkan atau mengumpulkan informasi sebuah
jabatan.Ada beberapa langkah yang harus ditempuh dalam analisis jabatan.
Pertama tentukan lebih dulu tugas-tugas pokok yang harus ada dalam jabatan itu,
termasuk didalamnya perilaku dan aktivitas yang melekat pada jabatan itu.
Kedua, mengidentifikasi knowledge,
abilities, skills, dan other characteristics (KASOCs) yang diperlukan untuk
melaksanakan tugas-tugas itu. Knowledge berarti seperangkat informasi yang ada
di dalam prosedur yang harus diterapkan dalam pekerjaan itu.Abilities berarti
kompetensi untuk menghasilkan hasil yang bisa diamati. Misalnya kemampuan
seorang pengetik yang baik adalah menghasilkan ketikan yang rapi dan tidak
banyak salahnya.Skill berarti kompetensi untuk melakukan tindakan yang bisa dipelajari,
baik yang sifatnya motorik, verbal, manual, atau melakukan pengolahan mental
yang menyangkut data, orang atau barang.
Other characteristics meliputi
faktor kepribadian, sikap, atau watak yang diperlukan untuk menyelesaikan
pekerjaan.Laporan analisa jabatan untuk seorang perwira patroli jalan raya
mungkin berupa pengetahuan hukum, komunikasi lisan yang baik, kemampuan
menyopir yang trampil, dan keterandalan untuk melaksanakan tugasnya dengan
cukup baik.
5.
Tujuan
Analisis Pekerjaan
Tujuan analisis pekerjaan yang dikemukakan oleh
Sastrohadiwiryo
(2002:130) adalah sebagai berikut:
1. Memperoleh
Tenaga Kerja pada Posisi yang Tepat
Menempatkan
tenaga kerja yang tepat menjadi tantangan bagi setiap manajemen tenaga kerja.
Dalam kenyataannya, menempatkan tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan tugas
bukan merupakan hal yang mudah. Karena itu untuk memenuhi harapan tersebut
perlu diadakan prediksi, dugaan, dan tahapan analisis ilmiah dan rasional,
berdasarkan kondisi pekerjaan yang ada. Tenaga kerja yang ditempatkan pada
posisi yang tepat akan memberikan dampak positif kepada perusahaan, antara lain:
a. Meningkatnya
moral kerja (semangat dan kegairahan kerja
b. Terpeliharanya
disiplin kerja, baik terhadap peraturan dan kebijakan yang tertulis maupun tak
tertulis.
Akibat dari kedua hal tersebut akan berpengaruh
terhadap produktivitas kerja tenaga kerja.
2. Memberikan
Kepuasan pada Diri Tenaga Kerja
Titik
kepuasan manusia sangat relatif, bahkan tak terbatas, hal ini bergantung pada
pola hidup manusia yang bersangkutan. Manusia yang pola hidupnya rendah atau
tingkatan menengah, mungkin tingkatan kepuasan cenderung relatif rendah,
demikian juga manusia yang pola hidupnya tinggi, tingkat kepuasan relatif
tinggi.
3. Menciptakan
Iklim dan Kondisi Kerja yang Kondusif
Penempatan
tenaga kerja pada posisi yang tepat serta timbulnya kepuasan pada diri tenaga
kerja merupakan dua tujuan integral dari analisis pekerjaan. Uraian/deskripsi
pekerjaan dan persyaratan pekerjaan merupakan hasil analisis pekerjaan. Iklim
dan kondisi kerja yang serasi dan dinamis dapat terwujud seandainya uraian
pekerjaan menunjukkan tingkatan tugas dan tanggung jawab yang jelas serta
persyaratan yang harus dipenuhi tenaga kerja yang tidak berbelit-belit. Selain
itu, penempatan tenaga kerja pada posisi yang tepat serta timbulnya kepuasan tenaga
kerja pada pekerjaannya akan berpengaruh langsung terhadap iklim dan kondisi
kerja yang serasi dan dinamis. Secara tidak langsung, terciptanya iklim dan
kondisi kerja yang serasi dan dinamis merupakan salah satu tujuan dari analisis
pekerjaan.
6.
Langkah-langkah
Utama dalam Analisis Pekerjaan
Proses dalam menganalisis pekerjaan
melalui langkah-langkah sebagai berikut:
1) Menentukan
penggunaan hasil informasi analisis pekerjaanartinya penganalisis harus
mengetahui secara jelas apa kegunaan hasil informasi analisis pekerjaannya.
Karena hasilnya akan digunakan untuk menentukan jenis data yang akan
dikumpulkan dan teknik pengumpulan datanya. Informasi hasi{ analisis pekerjaan
dipergunakan untuk menetapkan job description, job specification, dan job
evaluation dalam pengadaan pegawai.
2) Mengumpulkan
informasi tentang latar belakang artinya penganalisis harus mengumpulkan dan
mengkualifikasikan data, meninjau informasi latar belakang seperti bagan
organisasi, bagan proses, dan uraian pekerjaan. Pengumpulan data dilakukan
dengan metode penelitian deskriptif analisis, survei, sensus, dan sample,
sedangkan teknik pengumpulan data dapat dengan cara wawancara, observasi,
kuesioner, dan angket. Data yang terkumpul dikualifikasikan, diana¬lisis, dan
diaplikasikan kepada masa depan.
a. Menyeleksi
muwakal jabatan yang akan dianalis artinya penganalisis harus memilih beberapa
muwakal jabatan untuk dianalisis. Hal ini perlu dilakukan untuk menghemat biaya
dan waktu jika banyak pekerjaan yang akan dianalisis.
b. Mengumpulkan
informasi analisis pekerjaan artinya penganalisis mengadakan analisis pekerjaan
secara aktual dengan menghimpun data tentang aktivitas pekerjaan, perilaku
karyawan yang diperlukan, kondisi kerja, dan syarat-syarat personel yang akan
melaksanakan pekerjaan.
c. Meninjau
informasi dengan pihak pihak yang berkepentingan artinya analisis pekerjaan
menyediakan informasi tentang hakikat dan fungsi pekerjaan. Informasi hendaknya
diverifikasi dengan pekerja yang akan melaksanakan pekerjaan itu serta atasan
langsung karyawan bersangkutan. Dengan memverifi¬kasi informasi itu akan
membantu untuk menentukan kebenarannya dan meleng¬kapinya secara faktual serta
dapat dipahami dengan mudah oleh semua pihak yang berkepentingan. Langkah
peninjauan in] juga akan dapat membantu per¬olehan penerimaan seseorang atas
data analisis pekerjaan yang telah dihimpun dengan memberikan kesempatan bagi
orang tersebut untuk memodifikasi uraian tentang aktivitas yang
dilaksanakannya.
d. Menyusun
uraian pekerjaan dan spesifikasi pekerjaan artinya penganalisis pekerjaan
kemudian menyusun uraian pekerjaan, uraian jabatan, dan evaluasi pekerjaan.
e. Meramalkan
dan memperhitungkan perkembangan perusahaan, artinya pengana¬lisis harus juga
memperhitungkan/meramalkan perkembangan uraian pekerjaan, spesifikasi
pekerjaan, apakah dikemudian hari diperlukan pengayaan pekerjaan, perluasan
pekerjaan, dan penyederhanaan pekerjaan dalam perusahaan. Hal ini perlu guna
memperhitungkan kemampuan karyawan untuk masa kini dan masa depan supaya mereka
dapat tetap melaksanakan pekerjaan walaupun ada pemakaian teknologi canggih dan
reorganisasi perusahaan.
7.
Jenis
Analisis Pekerjaan
Terdapat dua jenis analisis pekerjaan, yakni :
1)
Analisis
pekerjaan tradisional (Traditional job analysis)
Model tradisional ini hanya mencari
informasi sekitar tiga aspek, antara lain tanggung jawab yang merinci unit
organisasi kepada mana suatu kedudukan harus bertanggung jawab, harus tunduk
kepada pengarahan dan bagian pelaksanaan, kewajiban-kewajiban umum dari
seseorang yang sedang memegang suatu kedudukan, kualifikasi-kualifikasi minimal
yang diterima sebagai kelayakan. Kelemahan
analisis pekerjaan tradisional Jika tujuan uraian pekerjaan adalah untuk
meningkatkan efisiensi, model tradisional di anggap tidak memadai dalam dua
hal, yakni :
a. uraian
tugas tersebut tidak merinci performansi yang di harapkan dari pekerja.
b. tidak
merinci hubungan atau keterkaitan antara standar-standar, kecakapan-kecakapan,
dan kualifikasi-kualifikasi minimal.
2)
Analisis
pekerjaan yang berorientasi hasil (Results-oriented Job Description, atau
RODs).
Analisis pekerjaan yang
berorientasikan hasil ini juga dinamakan output-oriented job description,dan
ini merupakan suatu kehidupan kecil didalalm program-oriented budgets,sementara
uraian-uraian pekerjaan tradisional lebih banyak mirip dengan ceiling or line
item budgets. Yang terakhir lebih bermanfaat bagi tujuan-tujuan pengendalian
eksternal, sedangkan yang pertama lebih cocok bagi perbaikan produktivitas.
Analisis pekerjaan jenis ini
berasumsi bahwa uraian pekerjaan akan menjadi lebih bermanfaat jika uraian
pekerjaan tersebut memperjelas harapan-harapan organisasi kepada pekerja,dan
keterkaitan antara tugas-tugas standar-standar, kecakapan-kecakapan, dan
kualifikasi-kualifikasi minimal.
Contoh pertanyaan yang diajukan :
a. TUGAS
:
perilaku,
kewajiban/tanggungjawab apa yang penting bagi perusahaan ?
b. KONDISI
PEKERJAAN
bagaimana
sifat dasar pekerjaan atau syarat apa yang diperlukan agar pekerjaan terlaksana, petunjuk apa yang tersedia
untuk membantu pekerja melaksanakan tugasnya ?
c. STANDAR
KINERJA
kinerja
seperti apa yang diharapkan, baik berdasarkan standar kualitas, kuantitas dan
ketepatan waktu yang ditetapkan perusahaan ?
d. KECAKAPAN
kemampuan,
pengetahuan dan ketrampilan apa yang dibutuhkan untuk melaksanakan setiap tugas
dengan standar minimal ?
e. KUALIFIKASI
pendidikan
dan pengalaman apa yang dibutuhkan untuk mampu melaksanakan suatu pekerjaan ?
Kelebihan model yang berorientasi hasil (RODs)
1. Model
ini menyediakan suatu sarana untuk menghubungkan input-input personel terhadap
output-output organisasi bagi para perencana program.
2. Model
ini menyediakan sarana untuk memperkenalkan kepada para pekerja yang baru atas
harapan-harapan, tujuan-tujuan MBO yang ditetapkan, dan untuk mengadakan
evaluasi terhadap performansi secara lebih objektif bagi para manager.
3. Model
ini memberikan gambaran yang jelas mengenai harapan-harapanperformansi
organisasi, dan kualifikasi minimal yang dibutuhkan untuk promosi atau
penempatan bagi para pegawai.
4. Meningkatkan
dampak dari para manager kepegawaian terhadapa prokduktifitas organisai dan
pekerja dari pada menajemen kedudukan dan pemaksaan pengawasan legeslatif dari
luar
Kelemahan model
yang berorientasi hasil (RODs)
Model analisis pekerjaan yang berorientasi hasil ini
mempunyai beberapa kelemahan, antara lain:
1. Perubahan-perubahan
didalam syarat-syarat dan standar-standar meneuntut peneinjauan kembali atas
RODs. Syarat-syarat yang mempengaruhi performansi akan berubah yang pada
gilirannya akan menuntut RODs untuk merumuskan kembali guna memuat dan merinci
syarat-syarat yang berubah tersebut.
2. Setiap
kedudukan menuntut RODs tersendiri/
Beberapa
kedudukan tidak mempunyai standar-standar performansi yang tidak dapat diukur.
8.
Sifat
dari Analisis Jabatan
Menurut Gary Dessler (1997, h.90),
analisis jabatan (job analysis) adalah prosedur untuk menetapkan tugas dan
tuntutan keterampilan dari suatu jabatan dan orang macam apa yang akan
dipekerjakan untuk itu.
Suatu pekerjaan seyogyanya
diciptakan untuk memfasilitasi tujuan dari organisasi itu sendiri. Untuk itu
pengetahuan, keahlian dan kemampuan orang yang memegang jabatan sangat
berpengaruh terhadap pencapaian tujuan organisasi tersebut. Analisa pekerjaan
adalah esensi untuk menetapkan persyaratan sumber daya manusia yang bagaimana
yang akan direkrut ke dalam organisasi. Analisa jabatan/pekerjaan merupakan hal
yang fundamental dalam pencapaian tujuan organisasi, karena tujuan analisis
pekerjaan adalah untuk mendefinisikan setiap pekerjaan yang berhubungan dengan
perilaku yang diperlukan untuk melaksanakannya.
Seorang ahli SDM bertujuan untuk
mengumpulkan jenis informasi melalui analisis jabatan yaitu :
a) Aktivitas
kerja
Informasi
biasanya dikumpulkan pada kegiatan kerja sesungguhnya yang dilaksanakan,
seperti pembersihan, penjualan, kegiatan mengajar atau pengecatan. Daftar seperti
itu juga menunjukkan bagaimana, mengapa, dan kapan seorang pekerja melakukan
suatu aktivitas.
b) Perilaku
manusia
Informasi
tentang perilaku manusia seperti merasakan, mengkomunikasikan, mengambil
keputusan dan menulis bisa juga dikumpulkan. Termasuk disini adalah informasi
yang berhubungan dengan tuntutan jabatan manusia seperti mengangkat berat,
menempuh jarak jauh dan lain-lain.
c) Mesin,
alat, perlengkapan dan bantuan kerja yang digunakan.
Informasi
yang sehubungan dengan produk yang dibuat, bahan-bahan yang diproses ,
pengetahuan yang dihadapi atau diterapkan (seperti keuangan atau hukum), dan
jasa yang disumbangkan (seperti penyuluhan atau perbaikan).
d) Standar
kinerja
Informasi
yang dikumpulkan sehubungan dengan standar kinerja (kuantitas, kualitas atau kecepatan
untuk setiap tugas jabatan) berdasarkan mana seorang karyawan dalam jabatan ini
akan dinilai.
e) Konteks
jabatan
Informasi
yang berhubungan dengan kondisi fisik, jadwal kerja dan konteks sosial dan
organisasi, sebagai contoh dilihat dari segi jumlah orang dengan siapa karyawan
akan secara normal harus berinteraksi, termasuk yang berkaitan dengan insentif
dalam melaksanakan pekerjaan.
f) Tuntutan
manusiawi
Informasi
yang berhubungan dengan tuntutan manusiawi dari jabatan, seperti pengetahuan
atau keterampilan (pendidikan,
pelatihan,pengalaman kerja) dan menuntut atribut personal(kecerdasan,
karakteristik fisik, kepribadian dan minat).
A.
Kegunaan
dari Informasi Analisis Jabatan
Sebelum menentukan langkah-langkah
dalam analisis jabatan, kita harus tahu bagaimana dan apa saja kegunaan dari
informasi analisis jabatan. Informasi analisis jabatan merupakan basis bagi
beberapa kegiatan manajemen SDM yang saling berkaitan seperti:
1. Perekrutan
dan seleksi
Analisis
jabatan menyajikan informasi tentang apa yang dibawa oleh jabatan dan
karakteristik manusiawi apakah yang dituntut untuk melaksanakan kegiatan ini.
Informasi uraian jabatan dan spesifikasi jabatan seperti itu digunakan untuk
memutuskan orang macam apakah yang akan direkrut dan dipekerjakan.
2. Kompensasi
Informasi
analisis jabatan juga hakiki untuk memperkirakan nilai dan konpensasi yang
tepat untuk masing-masing jabatan. Ini disebabkan karena konpensasi (seperti
gaji dan bonus) biasanya tergantung pada ketrampilan dan tingkat pendidikan
yang dituntut dari suatu jabatan, risiko keselamatan, tingkat tanggungjawab dan
lain-lain sampai semua faktor yang dinilai melalui analisis jabatan. Kita juga
akan lihat bahwa banyak majikan mengklasifikasikan jabatan kedalam
kategori-kategori (seperti sekretaris III dan VI ), dan analisis jabatan
menyajikan informasi untuk menentukan nilai relatif dari masing-masing jabatan
sehingga setiap jabatan dapat diklasifikasi.
3. Penilaian
kinerja
Suatu
penilaiankinerja membandingkan setiap kinerja aktual dari masing-masing
karyawan dengan standar kinerjanya. Sering melalui analisis jabtan para ahli
tersebut dapat menentukan standar untuk dicapai dan kegiatan spesifik untuk
dilaksanakan.
4. Pelatihan
Informasi
jabatan juga digunakan untuk merancang progam pelatihan dan pengembangan karena
analisis dan uraian jabatan yang dihasilkan menunjukkan ketrampilan dan oleh
karena itu pelatihan dituntut.
5. Memastikan
pengangkatan yang lengkap atas semua tugas.
Analisis
jabatan ini untuk memastikan bahwa semua
tugas yang harus dilakukan sesungguhnya ditetapkan untuk posisi khusus. Sebagai
contoh, dalam menganalisis jabatan terbaru dari manjer produksi perusahaan
anda, anda menemukan bahwa dia melaporkan dirinya sebagai bertanggungjawab atas
dua lusin tugas atau tugas-tugas yang spesifik termasuk perencanaan jadwal
produksi mingguan, membeli bahan mentah, dan menyediakan kegiatan-kegiatan
harian dari masing-masing lini pertamanya. Akan tetapi yang lepas adalah
rujukan untuk menata plah bahan mentah atau persediaan barang jadi. Pada
penyelidikan atau investigasi selanjutnya Anda dapat menemukan bahwa tidak ada
orang manufakturing lain yang bertanggungjawab atas manajer sediaan manapun.
Analisis jabatan Anda (tidak hanya berdasarkan pada apa yang dilaporkan
karyawan sebagai tugas mereka, melainkan pada pengetahuan Anda tentang apa yang
harus dipikul oleh jaatan ini) telah mengidentifikasikan suatu tugas yang
hilang untuk diangkat. Akibatnya, analisis jabatan memainkan suatu peran dalam memulihkan
masalah semacam itu yang akan timbul jika, misalnya, tidak ada yang diangkat
untuk mengelola persediaan.
B.
Langkah-Langkah
Analisis Jabatan
1. Menentukan
penggunaan informasi hasil analisa jabatan.
Analisaor
harus mengetahui secara jelas kehunaan dari hasil analisa jabatan. Informasi
dari analisa jabatan yang dikumpulkan tersebut harus dapat digunakan untuk
merumuskan uraian jabatan, spesifikasi jabatan dan evaluasi jabatan.
2. Mengumpulkan
informasi tentang latar belakang.
Analisator
perlu mengumpulkan dan mengkualifikasikan data, meninjau latar belakang seperti
struktur perusahaan, flowchart proses dan uraian kerja.
3. Menyeleksi
jabatan yang akan dianalisis.
Analisator
memilih jabatan yang akan dianalisis dengan tujuan untuk menghemat biaya dan
waktu jika banyak pekerjaan yang akan dianalisis
4. Mengumpulkan
informasi tentang analisis pekerjaan
Analisator
menganalisis pekerjaan secara actual dengan menghimpun data tentang aktivitas
pekerjaan, perilaku pegawai, kondisi kerja dan syarat-syarat pegawai yang akan
melaksanaan pekerjaan.
5. Meninjau
informasi dengan pihak-pihak yang berkepentingan
Analisator
menyediakan informasi tentang hakikat dan fungsi pekerjaan. Informasi harus
diverifikasi oleh pegawai yang akan melaksanakan pekerjaab tersebut dan atasan
langsung dari pegawai tersebut.
6. Menyusun
Uraian Jabatan, Spesifikasi Jabatan dan Evaluasi Jabatan.
Analisator
menyusun uraian jabatan, spesifikasi jabatan dan evaluasi jabatan.
7. Meramalkan
perkembangan perusahaan.
Analisator
meramalakan perlu tindaknya dilakukan pengayaan, penyederhanaan/perluasan
pekerjaan dari uraian dan spesifikasi jabatan yang telah dibuat.
9.
Metode
Mengumpulkan Informasi dari Analisis Jabatan
Terdapat tiga metode yang biasanya
digunakan dalam Analisis Jabatan atau Analisis Pekerjaan ini. Ketiga Metode
Analisis Jabatan tersebut diantaranya adalah Metode Observasi (Observation
Method), Metode Wawancara (Interview Method) dan Metode Kuesioner
(Questionnaire Method).
1)
Metode
Observasi (Observation Method)
Pada metode analisis jabatan yang
menggunakan observasi ini, seorang analis jabatan (orang yang melakukan
analisis jabatan) mengamati seorang karyawan dan mencatat semua tugasnya baik
yang dilakukannya maupun yang tidak dilakukannya, tanggung jawab maupun bukan
tanggung jawabnya, keterampilan yang dibutuhkan, metode atau cara digunakan
untuk melakukan tugas serta kemampuan dan mental atau emosional yang dibutuhkan
untuk menangani tantangan dan risiko.
Mungkin banyak menganggap bahwa metode
observasi ini merupakan metode yang termudah namun kenyataannya tidaklah
demikian. Hal ini disebabkan karena setiap orang memiliki cara tersendiri untuk
mengamati sesuatu dan setiap orang juga memiliki cara berpikir sendiri dalam
menafsirkan penemuannya atau apa yang telah dilihatnya. Dengan demikian, proses
observasi ini dapat mengakibatkan bias pada hasil pengamatannya. Perasaan suka
dan tidak suka secara pribadi juga dapat menghasilkan hasil observasi yang
tidak tepat atau bukan hasil yang sebenarnya. Salah satu cara terbaik untuk
mengatasi permasalahan metode observasi ini adalah melalui pelatihan khusus
analis jabatan atau pelatihan terhadap orang yang melakukan tugas analisis
jabatan ini.
Terdapat tiga teknik khusus untuk
observasi ini, yaitu dengan pengamatan langsung (direct observation), analisis
metode kerja (work analysis method) dan teknik insiden kritis (Critical
Insident Technique). Pengamatan langsung atau direct observation adalah
mengamati langsung dan melakukan pencatatan perilaku seorang karyawan dalam situasi
yang berbeda-beda. Analisis Metode Kerja atau Work Analysis Method adalah
analisis pengamatan yang meliputi waktu dan gerak secara khusus, teknik
analisis ini biasanya digunakan pada karyawan pabrik yang melakukan perakitan.
Sedangkan teknik yang ketiga adalah teknik insiden kritis yang
mengidentifikasikan perilaku kerja yang menghasilkan kinerja.
2)
Metode
Wawancara (Interview Method)
Wawancara adalah metode pengumpulan data
dan informasi dengan cara mengajukan pertanyaan langsung kepada karyawan. Pada
umumnya, terdapat tiga jenis wawancara yaitu wawancara individual yaitu
wawancara hanya dengan karyawan terkait, wawancara kelompok dengan kelompok
karyawan yang mengerjakan pekerjaan yang sama dan wawancara dengan penyelia
(supervisor) atau atasan karyawan yang bersangkutan yang mengetahui pekerjaan
tersebut.
Dengan metode wawancara ini, seorang
karyawan diwawancarai untuk mendapatkan informasi tentang masalah yang mereka
hadapi, penggunakan cara atau teknik tertentu dan keterampilan yang diperlukan
untuk melakukan pekerjaannya. Metode wawancara ini juga dapat membantu
pewawancara untuk mengetahui apa yang sebenarnya dipikirkan oleh karyawannya
tentang tanggung jawab dan pekerjaannya sendiri.
Untuk mendapatkan hasil yang jujur dan
benar serta data dan informasi yang asli, pertanyaan yang diajukan selama
wawancara harus dipilih dengan teliti dan hati-hati. Untuk menghindari
kesalahan, sebaiknya mewawancarai lebih dari satu individu untuk mendapatkan
tanggapan. Bisa berupa dua atau lebih individu yang melakukan pekerjaan yang
sama ataupun mewawancarai atasan atau supervisor individu/karyawan yang
bersangkutan.
3)
Metode
Kuesioner (Questionnaire Method)
Metode Kuesioner merupakan salah satu
metode pengumpulan data dan informasi untuk analisis jabatan yang sering
digunakan. Kuesioner adalah suatu daftar yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang
harus dijawab oleh karyawan yang akan dianalisis jabatannya. Kelebihan dari
metode kuesioner ini adalah dapat mengumpulkan sejumlah informasi tentang
pekerjaan dalam waktu yang relatif singkat dan biaya yang relatif murah dengan
catatan bahwa karyawan dapat secara akurat menganalisis dan mengkomunikasikan
informasi tentang pekerjaan mereka.
Namun Karyawan yang diminta untuk mengisi
kuesioner tersebut kemungkinan mempunyai persepsi sendiri dan bias pribadi
tersendiri terhadap pertanyaan yang terdapat pada kuesioner sehingga
menimbulkan bias dan ketidakakuratan informasi. Oleh karena itu, disarankan
untuk mengkombinasikannya dengan metode wawancara dan observasi untuk
mengklarifikasi dan memverifikasi informasi kuesioner. Komunikasi yang baik
antara manajemen dengan karyawan yang akan dianalisis jabatannya juga sangat
diperlukan.
10.
Klasifikasi
Pekerjaan (Job Classification)
Sistem klasifikasi untuk semua
pekerjaan, baik untuk sektor publik maupun sektor swasta, didasarkan atas
beberapa faktor, diantaranya adalah:
a) Masukan
informasi, dimana dan bagaimana pekerja memperoleh informasi yang diperlukan
untuk suatu pekerjaan.
b) Proses
mental, pertimbangan apa yang ditekankan dalam pembuatan keputusan, perencanaan
dan aktifitas dalam pelaksanaan pekerjaan.
c) Output
pekerjaan, aktifitas fisik apa yang dilakukan oleh pekerja, dan alat apa yang
dipakai oleh para pekerja?
d) Relasi
dengan orang, relasi dengan orang lain yang bagaimana yang dituntut dalam
pelaksanaan pekerjaan?
e) Konteks
pekerjaan, dalam kontek fisik dan sosial apa pekerjaan dilaksanakan?
f) Metode
kerja, metode atau teknik apa yang digunakan untuk pelaksanaan pekerjaan?
g) Ciri-ciri
pekerja, ciri-ciri kepribadian atau kemampuan apa yang dibutuhkan untuk
pelaksanaan pekerjaan?
11.
Politik
Reklasifikasi ( The Politics of
Reclassification)
Daya tangkap politik mempengaruhi
fungsi-fungsi alokasi dari analisis pekerjaan dengan cara mendeskripsikan
ramifikasi politik mengenai dua jenis keputusan reklasifikasi, yaitu: (a)
reklasifikasi yang menyebabkan perubahan dalam gaji, dan (b) reklasifikasi yang
menyebabkan perubahan status dari suatu posisi pelayanan sipil yang telah
diklasifikasikan dalam unit hasil kompromi bersama keposisi yang dikecualikan
atau di luar unit kompromi. (Gomes, 2003, hal. 103)
SUMBER:
2. http://faradillahanjanirohim.web.unej.ac.id/elemen-desain-pekerjaan-msdm/
4. http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/51518/Chapter%20II.pdf?sequence=4&isAllowed=y
Tidak ada komentar:
Posting Komentar